Pagi itu sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Semuanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Maklum saja hari inikan hari senin, hari yang sangat sibuk bagi pelajar dan pekerja seperti aku, ayah, ibu, dan Beby. Karena telat bangun, aku jadi terburu-buru menyiapkan pelajaran hari ini. Sampai-sampai aku tidak sempat untuk sarapan, namun ibu membawakanku bekal untukku makan di sekolah nanti.
15 menit kemudian aku Sampai di sekolah. 15 menit lagi juga kelas akan dimulai. Aku setengah berlari menuju kelas sambil memeluk bekal yang dibawakan ibu. Sedang asyik berlari tiba-tiba……. #BRUUUKKK. Ada sesosok makhluk menabrakku dari belakang sampai aku terjatuh berserta bekal dari ibu. Oh ternyata itu si Nino musuh bebuyutanku semasa SMP hingga sekarang. “sorry Tar hehe” katanya sambil terus berlari meninggalkan ku. Aku sangat marah dan kesal padanya. Aku rasa dia sengaja menabrakku.
Sesampainya di kelas aku menghampiri mejanya yang penuh dengan anggota gank kartoknya.
“heh! Pagi-pagi udah cari masalah aja lo sama gue!” kataku kesal
“kan tadi gue udah minta maaf” katanya nyolot
“maaf? Ga cukup! Gara-gara lo bekel dari ibu gue jatoh. Lo harus ganti bekal ibu gue”
“kalo gue ga mau?” kata Nino
“harus mau!” kataku “gamau!” “harus!” “bodo!”. Karena mungkin terlalu emosi, aku hantam mukanya dengan bolgem mentah dari tangganku. Dia mencoba menyerangku balik, namun teman-temannya menahannya. “kalo bukan cewek abis lo!” ancam Nino
Moodku menjadi sedikit berantakan karena harus berurusan dengan Nino. Gara-gara dia juga aku tidak makan bekal dari ibu.
“Tar, kantin yu” ajak Abel
“engga ah. Lo aja deh. Gue lagi gamood”
“lo kenapa sih?” Tanya Abel lagi
“alah palingan dia gapunya uang buat jajan di kantin” sambar Nino
Entah mengapa, setiap mendengar suaranya membuat tensi darahku naik. “heh bencong! Berisik ye lo. Gantiin nih bekal ibu gue” kataku emosi
“sialan lo ngatain gue bencong! Dasar cewek jadi-jadian. Ganti berapa sih?” kata Nino sombong
“dasar sombong!” kataku
“Ih udah dong. Kalian tuh berantem mulu sih” kata Abel
“yang mulaikan dia Bel” kataku sambil menujuk Nino
“ah tau ah, gue mau ke kantin aja daripada dengerin kalian berdua” kata Abel sambil pergi meninggalkanku.
Pulang sekolah aku harus latihan basket bersama Timku. Ya lumayan untuk menghibur diriku. Aku sudah berganti kostum. Melakukan pemanasan-pemanasan dan shoot-shoot ringan. Tiba-tiba Febby ketua Tim memanggil kami untuk berkumpul karena ada pengumuman yang harus diumukan. Kata Febby “kata Pembina Tim basket, hari ini dan seterusnya kita akan latihan digabung sama Tim basket cowok”. Aku terkejut mendengar pengumaman itu. Berarti hari ini dan seterusnya aku akan berlatih bersama Nino manusia menyebalkan itu.
Latihan selalu diawali dengan pemanasan. Lalu melakukan passing. Pasangan passingku adalah Tria dari Tim basket cowok. Tubuhnya tinggi cungkring. Kami melakukan passing kira-kira 5 menit. Tiba-tiba si penggangu Nino datang ingin bertukaran pasangan passing dengan Tria. “pasti dia mau ngerjain gue” ucapku dalam hati. Lemparan Nino selama passing sangat membuatku kewalahan. Lemparanya sangat kencang, cepat, dan mematikan. “pelan-pelan dong! Guekan cewek” kataku
“oh lo cewek? Bukannya lo cewek jadi-jadian ya haha” katanya sambil menggodaku
“Tara, si Susan kenapa tuh” kata Nino sambil menunjuk kearah Susan. Ku alihkan pandangan mataku kearah Susan, tetapi tidak terjadi apa-apa sepertinya. Namun tiba-tiba aku merasakan ada hantaman bola basket yang sangat kencang mengenai kepala ku. Badanku terhempas ke tanah. Palaku terasa pening, berat dan sakit tentunya. Pandangan mataku mulai gelap.
Saatku buka mata, kulihat sekelilingku. Aku mengenali ruangan ini, bau obat yang membuatku yakin ini adalah ruang UKS. “eh lo udah sadar?” suara yang menyebalkan itu lagi dan aku yakin itu adalah Nino. “tadi lo pingsan kena bola. Sorry tadi gue vuma mau ngetes lo aja lo konsen atau engga. Eh ternyata engga” suara itu terus saja berkicau tanpa ada nada penyesalan sedikitpun, padahal dia yang membuatku seperti ini. Kukuatkan badanku untuk bangun. “eh lo mau kemana?” Tanya Nino. “pulang!” kataku sinis. “lho latihannyakan belum selesai masa lo mau pulang sih!” “gila ye lo! Gue abis semaput kayak gini masih disuruh latihan” kataku kesal. “bercanda kali Tar. Gue anter ya?” “ga perlu!” kataku menolak. “oh yaudah!” kata Nino sambil meninggalkanku.
*****
Semenjak kejadian itu aku memutuskan untuk keluar dari Tim. Febby tetap memohon supaya aku tidak keluar tapi keputusanku sudah bulat. Alasan terbesarku meninggalkan ekskul favoritku itu adalah karena aku tidak ingin berurusan lagi dengan Nino. Di kelas pun aku tidak pernah memanggapnya ada. Semua ucapan atau kata-katanya yang menyindirku aku anggap itu hanya kentut, yang baunya menggangu tapi akan hilang dengan sendirinya. Karena semakin melawan makhluk itu, dia akan semakin menjadi-jadi. Ada pepatah mengatakan ‘api harus dipadamkan dengan air bukan dengan api juga!’.
Tak terasa sebentar lagi liburan semester akan segera tiba. Rencanaku liburan kali ini aku ingin mengunjungi kota keraton Jogja. Banyak sekali tempat-tempat yang inginku kunjungi. Ayah dan ibu pun memperbolehkanku untuk pergi.
Sabtu pagi aku berangkat dari Jakarta. Semalaman di bus sengaja aku tidak tidur untuk sekedar menikmati perjalanan menuju Jogja yang sangat menyenangkan. Maklumlah ini pertama kalinya aku ke Jogja.
Tepat pukul 09.00 pagi bus yang kutumpangi sampai di terminal Jogja. Kurasakan teriknya matahari di kota Jogja sama dengan di Jakarta. Aku memutuskan untuk mencari tempat penginapan dekat terminal Jogja agar mudah berakses jika ingin mengelilingi kota Jogja. “mba, lagi cari penginapan yo?” Tanya mas-mas jawa lengkap dengan logat medoknya. “iya mas. Mas tau penginapan dekat sini terus murah?” tanyaku. “ohya tentu tau toh mba. Mari ikuti saya!” ajak ma situ sambil membawa koperku. “baik banget nih orang, koper gue dibawain haha” pikirku dalam hatiku. Kami melewati pasar yang ramai sekali orang. Tak sedikit barang-barang yang menarik perhatianku. Sesekali aku melirik barang-barang khas Jogja itu. Tanpaku sadari mas Jawa itu menghilang dari pandangan mataku. Aku panik. Aku berlari untuk mengejar dan mencari orang itu, namun aku gagal. Kaki ku lemas memikirkan isi koper itu. Baju-bajuku, uang tabunganku, dan uang yang diberikan oleh ayah. Yang ada padaku hanya kaos, jaket, celana jeans, tas ransel yang isinya handphone, makanan ringan dan uang 100.000. aku bingung, aku takut, aku kembali ke terminal tadi. Menyesali semua yang sudah terjadi, “kenapa gue langsung percaya gitu aja sama itu orang. Bego bego bego” kataku menyalahi diriku sendiri. Aku menangis sejadi-jadinya.
Saat itu sudah pukul 12 siang, pantas saja perut ku mulai terasa lapar. Aku memutuskan membeli makanan. Aku membeli nasi padang dengan 1 ayam beserta lalapannya. Aku mencari tempat untukku makan, tiba-tiba…….. #BRRRUUUKKK. Ada yang menabrakku dari belakang, nasi ku jatuh berserakan. Kutengok orang dibelakangku itu. Mataku terbelalak melihat sosok menyebalkan itu ada didepan mataku sekarang. “Tara, ngapain lo disini?”. Baru kali ini aku senang mendengar suaranya dan melihat dia. Tanpa menjawab pertanyaan Nino aku langsung saja memeluknya. “beruntung banget gue ketemu lo disini, No” kataku sambil terus menangis dipelukan Nino.
“lo kok bisa disini sih?” Tanya Nino bingung. Aku ceritakan semua yang terjadi padaku. “makanya kalo belom tau Jogja jangan kesini-sini deh, sendiri lagi. Untung Cuma koper lo yang ilang, kalo nyawa lo ikutan ilang gimana?” kata Nino mengomeliku. “orang-orang disini ga beda kali kaya di Jakarta. Jadi lo jangan sembarangan percaya sama orang” lanjut Nino.
“iya iya, lo ngapain di Jogja?” tanyaku.
“gue mau liburan di rumah mbah gue, sekarang lo mau gimana?” Tanya Nino.
“gue mau pulang ajalah ke Jakarta” kataku pasrah
“haha baru juga 5 jam di Jogja lo udah mau pulang aja” goda Nino
“ya terus gue harus gimana? Nginep di terminal ini?” kataku kesal
“ya enggalah, bego bgt sih lo. Lo nginep di rumah mbah gue aja. Mau ga?”
“emang boleh?” tanyaku tidak yakin. “bolehlah!” kata Nino meyakinkan.
“yaudah deh gue mau No :P” kataku bersemangat
“oke, yaudh berangkat yu!” ajak Nino. “eh No, makan dulu boleh ga? Tadi gue belom sempet makan. Kan lo jatohin makanan gue” kataku. “hehe sorry ya. Yaudah ayo. Gue traktir”
*****
2 jam perjalanan dari terminal akhirnya kami sampai di rumah mbah Lastri. Kami disambut dengan hangat di rumah itu. Di rumah sebesar ini mbah Lastri tinggal bersama Bude Murni. Mbah Lastri memiliki banyak hewan ternak di belakang rumahnya dan memiliki sawah berhektar-hektar. Mbah Lastri juga banyak memperkerjakan warga-warga desa untuk bekerja di peternakannya atau di sawahnya.
“Nino gue mau mandi” kataku pada Nino.
“yaudh mandi!”
“tapi gue takut, kamar mandinyakan di luar terus gelap lagi”
“ih manja banget sih lo, yaudah ayo”
“tapi tungguin ya, No” pintaku
“lo ga takut gue intipin?” kata Nino meledekku
“emang lo nafsu sama gue?”
“ENGGA!” kata Nino
Kami berjalan ke kamar mandi yang ada di luar. “tungguin ya, No” “iya! Awas ye kalo lama gue tinggal” ancam Nino.
Aku terus memanggil Nino untuk memastikan apakah dia masih ada di tempatnya atau tidak. Nino pun menjawabku saat aku memanggilnya. “Tara, bentar ya! Nanti gue balik lagi kok” kata Nino tiba-tiba. “jangan lama-lama ya No”. nino tidak menjawab, sepertinya sudah beranjak dari tempatnya.
Aku membuka pintu kamar mandi, ku dapati Nino sudah berada ditempatnya tadi. “nih lo pake baju gue dulu. Masa lo mau tidur pake baju kotor kaya gitu. Jorok dasar!” kata Nino sambil memberikan sehelai kaos dan celana panjang batiknya. “hehe thanks ya, No”
Malam pertamaku tidur di Jogja. Udara malam di Jogja sangat dingin bahkan dinginnya AC kalah. Nyaman, damai dan tenang cocok untuk mengistirahatkan tubuhku yang lelah ini. Sevelum tidur tidak lupa ku kabari ayah, ibu dan Beby di Jakarta. Aku katakan pada mereka aku baik-baik saja sengaja aku tidak ceritakan kejadian tadi siang, aku takut mereka cemas. Tak terasa sudah pukul 12.00 malam aku pun segera berpamitan tidur pada ayah dan ibu.
Baru saja aku ingin memejamkan mataku, ada sesuatu yang mengganjal. Aku kebelet pipis. Aku sungguh tidak bisa menahannya lagi, namun aku takut untuk ke kamar mandi. Aku pun berlari ke kamar Nino. Ku ketuk pintunya dan memanggil namanya pelan. Nino membuka pintu kamarnya. “apa? Kenapa? Ganggu banget sih lo!” omel Nino.
“sorry No ganggu u,u. gue kebelet pipis nih. Anterin gue dong” kataku
“yaampun Tara bukannya dari tadi kalo mau pipis. Ganggu banget sih lo. Yaudh ayo!”
Beberapa menit kemudian.
“thanks ya, No. maaf udah ganggu malem-malem” kataku sambil menyunggingkan senyum manisku
“iya!” jawabnya singkat sambil masuk ke kamarnya
“ih nyebelin bgt!” kataku ngegerutu. Tiba-tiba Nino keluar dari kamarnya, “ngomong apa lo?”. “engga” kataku sambil berlari menuju kamarku.
*****
Sarapan pertamaku di Jogja. “gimana tidurnya, Tar?” Tanya mbah Lastri.
“nyenyak mbah, udara disini enak bgt ya mbah” kataku
“namanya juga Jojga bedalah sama di Jakarta” sambar Nino
“Nino mending nanti siang kamu ajak Tara keliling Jogja sekalian belanja-belanja baju kasian dia ga punya pakaian” kata bude Murni
“ah bude, gausah aku pake bajunya Nino aja”
“gapapa Tara. Masa kamu pake baju cowok sih ndok” kata mbah Lastri
“yaudh iya iya nanti Nino anterin” kata Nino tiba-tiba
Siang itu aku dan Nino jalan-jalan keliling Jogja menggunakan andong, kami ke Malioboro tempat berbelanja yang terkenal itu. Aku membeli baju yang kira-kira cukup sampai aku pakai 3 hari kedepan. Kami banyak mengunjungi tempat pariwisata bermain dan berfoto-foto disana sebagai kenang-kenangan. Tak terasa hari sudah semakin sore kami pun memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Kami makan di emperan jalan. Sore itu kami makan nasi rames khas Jogja. Banyak sekali muda-mudi Jogja yang makan disitu atau hanya sekedar duduk dan bernyanyi.
“gimana enak ga?” Tanya Nino
“enak kok”
“Tar, kayaknya lo lupa beli sesuatu deh” kata Nino
“beli apa? Baju udah, celana udah, bedak udah. Gue rasa udah semua ah”
“lu bego atau gimana sih?” kata Nino kesal
“ih emang apa yang belom gue beli?” tanyaku lagi. Nino mendekatkan mulutnya ke telingaku sepertinya dia ingin membisikan sesuatu. “lo belom beli pakaian dalem” bisik Nino. Aku terkejut sekaligus malu. Nino malah tertawa melihat ekspresiku. “hahahahaha yaudh nanti sebelum pulang kita beli pakaian dalem dulu yaaaaa :P” kata Nino meledekku.
Kami sampai di rumah sekitar pukul 09.30 malam. Ternyata mbah Lastri sudah tidur, hanya ada bude Murni di ruang TV. “Uwis pulang toh ndok?” Tanya bude Murni. “uwis bude” kata Nino. “yaudah maem dulu sana abis itu mandi” kata bude
“kami udah makan kok bude” kataku
“oh yaudh mandi gih. No, anterin Tara mandi yo” suruh bude Murni
“iya bude” kata Nino pasrah
Seperti malam sebelumnya Nino menungguiku saat ku mandi.
*****
Pagi-pagi benar aku keluar kamar dan berjalan-jalan di sawah mbah Lastri. Embun pagi masih membasahi padi dan rumput-rumput disekitar sawah. “indah bgt ya, udaranya seger bgt” ucapku. Aku pun menyempatkan diri untuk berfoto-foto. Lumayan untuk photo profile facebook atau avatar twitter.
“wooo narsis bgt!” suara Nino mengagetkanku
“biarin dong ;P” kataku
“Tar, gue mau ngomong sesuatu” kata Nino
“ngomong apa?”
“hmm, gue mau minta maaf” kata Nino ragu
“minta maaf buat apa?” tanyaku bingung
“buat semuanya. Pokoknya kesalahan gue atau kejailan gue ke lo yang bikin lo marah dari mulai kita SMP sampe sekarang” jelas Nino
“oh itu haha iya gue udah maafin lo kok. Gue juga minta maaf ya kalo gue ada salah. Gue juga mau bilang makasih nih sama lo”
“makasih buat apa?” Tanya Nino bingung
“makasih lo udah selamatin hidup gue di Jogja J Tuhan kirimin gue penolong di Jogja yaitu lo. Makasih juga gue udah dikasih tumpangan gratis, makanan gratis, dibeliin baju, diajak jalan-jalan juga. Thanks ya” kataku panjang lebar
“haha iya. Jadi sekarang kita udah ga musuhan lagi ya? Wkwkwk” kata Nino
“iya dong haha tapi awas ya kalo lo bikin gue kesel lagi” ancamku
“iya. Ampun deh ampun”
Hari ini aku, Nino dan bude Murni memasak makan siang bersama. Sangat menyenangkan dan sangat seru. Suasana keluarga Nino sangat hangat, aku semakin betah berada disini. Namun sayang besok aku harus segera pulang.
Saat makan siang, terlihat bahwa mbah Lastri menyukai masakanku, Nino dan Bude. “mbah, nanti aku boleh bantuin ngasih makan kambing sama sapi ga?” kataku.
“oh ya boleh toh ndok, nanti biar si Nino yang temenin kamu” kata mbah Lastri mengijinkan
“oke mbah” kata Nino bersemangat
Mengambil rumput, member makan kambing dan sapi, memetik singkong dan kacang itu kegiatan kami sore itu. Sambil terus bercanda dantertawa bersama tak lupa kami berfoto-foto untuk mengabadikan moment menyenangkan ini. Ternyata Nino tidak terlalu menyebalkan, dia sangat lucu dan baik. Dulu kami seperti tom and jerry, sekarang kami menjadi seperti spongebob dan Patrick. Puas bermain, karena badanku dangat kotor dan bai akhirnya aku memutuskan untuk mandi. Saat ingin ke kamar mandi, Nino menghampiriku. “mau mandikan? Ayo gue tungguin”. “gausahlah No, kan masih terang” kataku. “oh iyaya” kata Nino tersipu malu.
Malam itu malam terakhirku di Jogja karena besok aku harus segera pulang ke Jakarta. Ku pejamkan mataku yang tidak ngantuk. Ku dengar ada yang membuka pintu kamarku. Sengaja aku tidak membuka mataku alias pura-pura tidur. Dari wanginya aku tahu itu adalah Nino. Apa yang ia lakukan di kamarku? Pikirku dalam hati. Nino menaikkan posisi selimutku, mengelus rambutku dengan lembut, dan mencium keningku. Lalu Nino berkata, “ I love you “. Mendengar Nino berkata seperti itu membuat jantungku berdebar-debar. Setelah Nino keluar, aku bangun dan menepuk-nepuk pipiku. Aku belum yakin bahwa ini kenyataan. Sepanjang malam aku semakin sukar untuk tidur. Nino menyukaiku aku juga menyukinya.
*****
Pagi itu aku dan Nino bersiap untuk pulang ke Jakarta. Aku berpamitan dengan Mbah Lastri dan bude Murni tak lupa ku sampaikan rasa terima kasihku pada mbah Lastri dan bude Murni. “kapan-kapan main kesini lagi ya ndok!” kata mbah Lastri
“iya mbah, maaf ya kalo aku suka ngerepotin”
“alah gapapa, malah mbah seneng Nino bawa pacarnya kesini” kata mbah Lastri. Sontak mendengar mbah Lastri berkata demikian membuat aku dan Nino berpandangan malu.
Jemputan andong kami sudah datang, menandakan kami harus segera pulang. Seperti biasa aku sangat menikmati perjalanan kami menuju terminal. “rasanya gue gamau pulang, No” kataku
“lo betah disini?” Tanya Nino
“betah bgt”. “oke kapan-kapan gue ajak lo kesini lagi. Tapi……..”. “tapi apa?” tanyaku bingung. “ga jadi deh hehe”
Bus antar kota yang kami tumpangi berangkat sekitar pukul 12.00 siang. Masih ada waktu 2 jam lagi untuk kami membeli oleh-oleh untuk keluarga dan teman-teman kami. Setelah selesai, kami kembali ke terminal dan menaiki bus karna sebentar lagi akan segara berangkat. Kami duduk di bangku kedua dari belakang. Aku sangat menikmati perjalanan, berbeda dengan Nino yang hanya tertidur saat di perjalanan. Sedang asyik menikmati hamparan sawah yang berbaris, tiba-tiba kepala Nino jatuh kepundakku. Dari wajahnya Nino terlihat sangat lelah. Kuelus pipinya. Nino terlihat manja tertidur dipundakku. Tiba-tiba Nino memegang jemariku dengan eratnya, seperti menandakan supaya aku tidak boleh jauh darinya.
Nino pun terbangun, “udah bangun?” tanyaku. Sambil mengangkat kepalanya Nino berkata,”aduh sorry ya Tar”
“haha gapapa kok No. tadi kuperhatiin lo cape banget jadi sengaja ga gue bangunin”. Aku dan Nino saling berdiam. Sampai pada akhirnya Nino memecahkan keheningan diantara kita. “Tar” panggil Nino.
“iya?”
“tadi gue janjikan ya sama lo akan ajak lo lagi ke Jogja” kata Nino dengan tampang serius
“iya? Terus kenapa? Lo gamau ajak gue?” tanyaku
“engga kok. Gue mau nanti pas gue ajak lo ke Jogja lagi kita bukan lagi datang sebagai teman”
“maksudnya?” tanyaku tak mengerti
“gue mau lo jadi pacar gue, Tar!” kata Nino sambil menatapku dalam. Jantungku berdetak sangat cepat. Mulutku tidak dapat berkata-kata. Aku shock Nino menyatakan cintanya padaku. “jadi gimana? Lo mau jadi pacar gue?” Tanya Nino membuyarkan lamunanku. “kasih gue waktu buat jawab pertanyaan lo, No”. “oke, gue mau jawabannya pas kita masuk sekolah”. Aku hanya mengangguk tanpa bisa berkata apa-apa.
*****
Waktu yang ditunggu Nnino akhirnya tiba. Hari ini hari masuk sekolah setelah kami para murid menghabiskan waktu berlibur kamu. Aku sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan Nino beberapa hari yang lalu. Namun aku tidak melihat Nino sedari tadi. Saat aku baru saja kembali dari kantin, kedapati secarik kertas tergeletak di atas mejaku. Bertuliskan :
Aku yakin benar itu adalah surat dari Nino. “Bel, gue ke lapangan basket dulu ya” kataku sambil meninggalkan Abel. “lo mau ngapain, Tar?” Tanya Abel namunku acuhkan.
Aku tiba dilapangan basket. Sepi. Saat berjalan ketengah lapangan, kudapati Nino sedang berdiri disana. “akhirnya lo datang juga Tar” kata Nino
“Tara lo inget ga kotak makan ini? Kotak makan yang isinya bekal dari ibu lo. Tapi gue tumpahin gara-gara waktu itu gue nabrak lo. Nih sekarang gue bawain bekal buat lo tapi gue yang masak, semoga lo suka ya. Ini sebagai tanda perminataan maaf gue sama lo. Dan lo inget bola basket ini ga? Bola basket yang pernah gue pake buat ngelempar kepala lo sampe lo pingsan. Lo boleh deh ngelempar bola ini sekenceng-kencengnya sampe gue pingsan, asal lo mau ngerawat gue sampe sembuh hehe. Ini juga sebagai permintaan maaf gue sama lo. Gara-gara ini lo ngejauhin gue, dan itu sempet bikin gue ngerasa kehilangan lo. Dan ini bunga buat lo sebagai permintaan kalo lu mau jadi pacar gue” kata Nino panjang lebar. Aku hanya bisa diam dan terpaku melihat Nino seserius ini. “oh iya kalo lo mau jadi pacar gue, gue mau ajak lo ke Jogja lagi, gue mau kok nungguin lo mandi berjam-jam, gue juga mau kok lo suruh gue beliin pakaian dalem buat lo seandainya lo lupa haha” lanjut Nino sambil menggodaku. Aku masih tidak bisa berkata-kata hanya tersipu malu mendengar Nino berkata demikian. Lalu Nino menghampiriku, memegang kedua tanganku dan menatapku. “gue sayang Tar sama lo, lo maukan jadi pacar gue?”. Wajah Nino yang penuh harap terlihat jelas didepan mataku. Aku mengangguk perlahan sebagai kode bahwa aku menerimanya. Wajah Nino berubah senang. Nino memelukku dan para teman-teman yang menyaksikan itu bersorak-sorak dengan ramainya.
*****
Hari-hari indah banyak kami lalui bersama. Jogja dapat mengubah musuh menjadi cinta, ini semua karena keromantisan kota Jogja. Jogja dapat menaburkan benih-benih cinta antara kucing dan anjing. Jogja dapat mengubah semua amarah menjadi tawa. Kujadikan Jogja sebagai sejarah cinta antara Tara dan Nino.
Karya : Maria Kristina Natalia
(Mrs. Mars)
20 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar